MUSIK DANGDUT
A. PENGERTIAN MUSIK DANGDUT
Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla
(dalam dunia dangdut disebut gendang saja) musik India. Putu Wijaya awalnya menyebut dalam
majalah Tempo edisi
27 Mei 1972 bahwa lagu Boneka dari India adalah campuran lagu
Melayu, irama padang pasir, dan "dang-ding-dut" India. Sebutan ini
selanjutnya diringkas menjadi "dangdut" saja, dan oleh majalah
tersebut digunakan untuk menyebut bentuk lagu Melayu yang terpengaruh oleh lagu
India.
Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di Indonesia dan mengandung unsur-unsur
musik Hindustan, Melayu, dan Arab. Bentuk musik ini berakar awal dasar dari Qasidah yang terbawa oleh Agama Islam
yang masuk Nusantara tahun 635 - 1600 dan Gambus yang dibawa oleh migrasi orang Arab tahun 1870 - sesudah 1888,
kemudian menjelma sebagai Musik Gambus tahun 1930 oleh orang Arab-Indonesiabernama Syech Albar, selanjutnya menjelma sebagai Musik Melayu Deli pada tahun 1940
oleh Husein Bawafie, dan tahun 1950 pengaruh
musik Amerika Latin serta tahun 1958 dipengaruhi
Musik India melalui
film Bollywood oleh Ellya Khadam dengan lagu Boneka India, dan
terakhir lahir sebagai Dangdut tahun 1968 dengan tokoh utama Rhoma Irama.
Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk
pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaantabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus
politik Indonesia pada akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik
barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut
boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik
populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari
keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music.
B. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUSIK DANGDUT
Qasidah
masuk ke Nusantara tahun 635 - 1600
Qasidah masuk Nusantara sejak Agama Islam dibawa para saudagar Arab
tahun 635, kemudian juga saudagar Gujarat tahun 900 - 1200, saudagar
Persia tahun 1300 - 1600. Nyanyian Qasidah biasanya berlangsung di masjid,
pesantren dahwah agama Islam.
Gambus dan
migrasi orang Arab mulai tahun 1870
Gambus adalah salah satu alat musik Arab seperti gitar, namun mempunyai
suara rendah. Diperkirakan alat musik gambus masuk ke nusantara bersama
migrasi Marga Arab Hadramaut (sekarang Yaman) dan orang Mesir mulai tahun 1870 hingga
setelah 1888, yaitu setelah Terusan Suez dibuka tahun 1870,
pelabuhan Tanjung
Priok, Jakarta Utara dibangun tahun 1877, dan Koninklijke Paketvaart Maatschappij berdiri tahun 1888. Para
musisi Arab sering mendendangkan Musik Arab dengan iringan gambus.
Pada awal abad XX penduduk Arab-Indonesia senang mendengarkan lagu
gambus, dan sekitar tahun 1930, Syech Albar (ayah dari Ahmad Albar) mendirikan orkes gambus di
Surabaya. Ia juga membuat rekaman piringan hitam dengan Columbia tahun 1930-an,
yang laku di pasaran Malaysia dan Singapura.
Musik Melayu
Deli tahun 1940
Musik Melayu Deli lahir sekitar tahun 1940 di Sumatera
Utara bersama Husein Bawafiedan Muhammad Mashabi, kemudian menjalar ke Batavia
dengan berdirinya Orkes Melayu.
Irama
Amerika Latin tahun 1950
Pada tahun 1950, musik Amerika Latin masuk ke
Indonesia oleh Xavier Cugat danEdmundo Ros serta Perez Prado, termasuk Trio Los Panchos atau Los Paraguayos. Irama
latin ini kemudian lekat dengan orang Indonesia. Kemudian berbagai lagu Minang
juga muncul bersama Orkes Gumarang, dan Zainal Combo.
Dangdut kontemporer telah berbeda dari akarnya, musik
Melayu, meskipun orang masih dapat merasakan sentuhannya. Pada tahun 1950-an
dan 1960-an banyak berkembang orkes-orkes Melayu di Jakarta yang memainkan lagu-lagu
Melayu Deli dari Sumatera (sekitar Medan).
Dari musik
Melayu Deli tahun 1940 ke Dangdut tahun 1968
Orkes Melayu (biasa disingkat OM, sebutan yang masih
sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut) yang asli menggunakan alat musik
seperti gitar akustik, akordeon,rebana, gambus, dan suling, bahkan gong. Musik Melayu Deli awalnya tahun 1940-an lahir di daerah Deli Medan,
kemudian musik melayu deli ini juga berkembang di daerah lain, termasuk
Jakarta. Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik
Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari
Presiden Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup
ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P. Ramlee (dari Malaya), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya(dengan gaya panggung seperti penari India, sang pencipta Boneka
dari India), Husein Bawafie (salah seorang penulis
lagu Ratapan Anak Tiri), Munif Bahaswan (penciptaBeban Asmara), serta M. Mashabi (pencipta skor film
"Ratapan Anak Tiri" yang sangat populer pada tahun 1970-an). Gaya
bermusik masa ini masih terus bertahan hingga 1970-an, walaupun pada saat itu
juga terjadi perubahan besar di kancah musik Melayu yang dimotori oleh Soneta Group pimpinan Rhoma Irama. Beberapa nama dari masa 1970-an
yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Rafiq, serta Muchsin
Alatas. Populernya musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop
Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus di masa jayanya.
Dangdut modern, yang berkembang pada awal tahun
1970-an sejalan dengan politik Indonesia yang ramah terhadap budaya Barat,
memasukkan alat-alat musik modern Barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, trompet, saksofon, obo, dan lain-lain untuk meningkatkan variasi dan sebagai lahan kreativitas
pemusik-pemusiknya. Mandolinjuga masuk sebagai unsur penting.
Pengaruh rock (terutama pada permainan gitar) sangat kental terasa pada musik
dangdut. Tahun 1970-an menjadi ajang 'pertempuran' bagi musik dangdut dan
musik rock dalam
merebut pasar musik Indonesia, hingga pernah diadakan konser 'duel' antara
Soneta Group dan God Bless. Praktis sejak masa ini musik
Melayu telah berubah, termasuk dalam pola bisnis bermusiknya. Pada paruh
akhir dekade 1970-an
juga berkembang variasi "dangdut humor" yang dimotori oleh OMPancaran
Sinar Petromaks (PSP). Orkes ini, yang berangkat dari gaya musik
melayu deli, membantu diseminasi dangdut di kalangan mahasiswa. Subgenre ini
diteruskan, misalnya, oleh OM Pengantar Minum Racun (PMR)
dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB).
Interaksi
dengan musik lain
Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan
memengaruhi bentuk musik yang lain. Lagu-lagu barat populer pada tahun 1960-an
dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre musik gambus dan kasidah
perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi
pada musik tarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada
saat ini adalah bentuk campurannya: tarlingdut. Musik rock, pop, disko, housebersenyawa
dengan baik dalam musik dangdut. Aliran campuran antara musik dangdut &
rock secara tidak resmi dinamakan Rockdut.
Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah
seperti jaipongan, degung, tarling, keroncong, langgam Jawa (dikenal sebagai suatu bentuk
musik campur sari yang dinamakan congdut, dengan tokohnya Didi Kempot), atau zapin. Mudahnya dangdut menerima unsur 'asing' menjadikannya rentan terhadap
bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak terjadi terhadap lagu-lagu dari
film ala Bollywood dan lagu-lagu latin. Kopi Dangdut, misalnya, adalah "bajakan" lagu yang
populer dari Venezuela.
DANGDUT DALAM BUDAYA KONTEMPORER
Rhoma Irama menjadikan dangdut sebagai alat
berdakwahnya, yang terlihat dari lirik-lirik lagu ciptaannya serta dari
pernyataan yang dikeluarkannya sendiri. Hal ini menjadi salah satu pemicu
polemik di Indonesia pada tahun 2003, akibat protesnya terhadap gaya panggung
para penyanyi dangdut, antara lain Inul Daratista, yang goyang ngebor-nya
yang dicap dekaden serta "merusak moral". Jauh sebelumnya, dangdut
juga telah mengundang perdebatan dan berakhir dengan pelarangan panggung
dangdut dalam perayaan Sekaten di Yogyakarta. Perdebatan muncul lagi-lagi akibat
gaya panggung penyanyi (wanita)-nya yang dinilai terlalu "terbuka"
dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan misi Sekaten sebagai suatu
perayaan keagamaan. Dangdut memang disepakati banyak kalangan sebagai musik
yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala
kesederhanaan dan kelugasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta
bangunan lagunya. Gaya pentas yang sensasional tidak terlepas dari napas ini.
Panggung kampanye partai politik juga tidak
ketinggalan memanfaatkan kepopuleran dangdut untuk menarik massa. Isu dangdut
sebagai alat politik juga menyeruak ketikaBasofi Sudirman, pada saat itu sebagai
fungsionaris Golkar, menyanyi lagu dangdut. Walaupun dangdut diasosiasikan dengan
masyarakat bawah yang miskin, bukan berarti dangdut hanya digemari kelas bawah.
Di setiap acara hiburan, dangdut dapat dipastikan turut serta meramaikan
situasi. Panggung dangdut dapat dengan mudah dijumpai di berbagai tempat.
Tempat hiburan dan diskotek yang khusus memutar lagu-lagu
dangdut banyak dijumpai di kota-kota besar. Stasiun radio siaran yang
menyatakan dirinya sebagai "radio dangdut" juga mudah ditemui di
berbagai kota.
C.
JENIS-JENIS MUSIK DANGDUT
Beberapa
Jenis Musik Dangdut
Dangdut berasal dari suara alat musik gendang yang
merupakan ciri khas jenis musik ini yang berbunyi “dang” dan “dut”. Dangdut berkembang
dari akar musik Melayu sekitar tahun 1940 yang kemudian tersentuh unsur musik
India dan Arab. Dalam perkembangannya, musik dangdut terbuka untuk menerima
pengaruh dari jenis musik lain, seperti keroncong, rock, pop, house musik, rap,
bahkan r n b.
Berikut ini beberapa jenis musik dangdut yang
berkembang di Indonesia:
1.
Dangdut Melayu Deli
Sekitar tahun 1950-1960, musik Melayu Deli mewabah di
Jakarta yang kemudian terpengaruh unsur musik India yang kemudian menjadi cikal
bakal musik dangdut. Sejumlah tokoh dari jenis musik ini antara lain, Said
Effendi dengan lagunya Seroja, Ellya Khadam dengan lagu Boneka India yang
diciptakan oleh Hussein Bawafie, M.Mashabi dengan lagunya Ratapan Anak Tiri,
Ida Laila, Munif Bahasuan serta P.Ramlee.
2.
Rock Dangdut
Sekitar tahun ’70-an, Indonesia dilanda oleh musik
rock dari Barat. Hal itu mendorong seniman musik dangdut untuk bisa tetap eksis
dengan mengikuti perubahan selera masyarakat tanpa menghilangkan unsur pokok
musik dangdut. Lahirlah Soneta Group yang dimotori Rhoma Irama.
Berkembangnya jenis musik ini, tak pelak lagi
menimbulkan persaingan dengan musik rock dari luar maupun musik rock dari dalam
negeri. Dengan kerja keras yang luar biasa, akhirnya musik rock dangdut ini
mampu sejajar dengan musik rock yang ada dalam negeri, baik itu rock dari luar
maupun dari dalam.
3.
Dangdut Reggae, Rap-Dut, Dangdut Mandarin, dan Cha-Dut
Sekitar ’90-an, Indonesia kembali dilanda musik dari
luar negeri yakni Reggae, Hip Hop, dan Mandarin. Dan sekali lagi, dangdut
menunjukkan kefleksibelannya dengan melebur aliran-aliran musik baru tersebut
tanpa menghilangkan unsur asli musik dangdut. Muncullah Rama Aiphama, dengan
dandanan nyentrik khas Reggae yang booming dengan lagu Fatwa Pujangga yang
merupakan lagu Melayu yang didaur ulang dengan sentuhan Reggae. Selain Rama
Aiphama, muncul pula nama Farid Harja yang booming dengan lagunya Ini Rindu dan
Ayam. Ada pula Yopie Latul dengan hitsnya Simalakama.
Kemudian Abiem Ngesti, si ‘Pangeran Dangdut’ yang
booming dengan lagu Gadis Baliku yang memasukkan unsur Rap dalam lagunya Ada
juga Anis Marsela dan Merry Andani yang mengusung unsur mandarin dalam lagu
dangdut yang dinyanyikan, seperti Yang Sayang, yang dinyanyikan oleh Anis
Marsela atau Dinding Pemisah yang dinyanyikan oleh Merry Andani.
Di tahun-tahun inilah, musik dangdut mengalami banyak
sekali pengaruh unsur luar, beberapa seniman bahkan ada yang memasukkan unsur
Cha-Cha, sehingga muncul aliran dangdut Cha-Cha atau Cha Dut. Selain itu,
muncul pula nama Fazal Dath yang menciptakan lagu-lagu dangdut yang bercampur
unsur India modern dengan hitsnya Aku Bukan Hidangan yang dinyanyikan Hetty
Soendjaya. da pula Fahmi Shahab dengan hitsnya Kopi Dangdut yang mana unsur
Arab banyak mendominasi dalam lagu ini.
Disamping musik dangdut yang sudah tercampur dengan
unsur jenis musik yang lain, masih banyak juga seniman dangdut yang eksis
dengan lagu-lagu dangdut yang asli tanpa pengaruh luar. Sebutlah nama Evie
Tamala, Elvy Sukaesih, Rita Sugiarto, Ine Cynthia, Imam S.Arifin, Meggy.Z,
Hamdan ATT, Itje Trisnawati, Ikke Nurjannah, Camelia Malik, iis Dahlia dan
lain-lain dengan single-single dangdut yang tidak kalah booming dengan
lagu-lagu dangdut dengan campuran unsur musik lain.
Disamping penyanyi-penyanyi solo, bermunculan pula
grup-grup vocal yang terinpirasi dari grup-grup vocal luar seperti, Spice Girl
ataupun Boyzone. Muncullah nama Manis Manja Grup, Trio BAM, Trio Sakera, Sekar
Langit dan lain-lain.
Dangdut Etnik pun turut mewarnai dunia musik dangdut pada tahun-tahun tersebut, sebutlah nama Doel Sumbang dengan unsur Sunda, yang hits dengan tembang Kalau Bulan Bisa Ngomong yang dibawakan bersama pasangan duetnya, Nini Karlina. Ada juga nama Yus Yunus yang memasukkan unsur etnik Madura dalam lagunya yang berjudul Sapu Tangan Merah.
Dangdut Etnik pun turut mewarnai dunia musik dangdut pada tahun-tahun tersebut, sebutlah nama Doel Sumbang dengan unsur Sunda, yang hits dengan tembang Kalau Bulan Bisa Ngomong yang dibawakan bersama pasangan duetnya, Nini Karlina. Ada juga nama Yus Yunus yang memasukkan unsur etnik Madura dalam lagunya yang berjudul Sapu Tangan Merah.
4.
Disco Dangdut, Dangdut Campur dan Dangdut Koplo
Memasuki akhir ’90-an, musik dangdut kembali merambah
jenis aliran musik yang lain, yakni disco. Muncullah Disco dangdut yang
mengusung nama Ade Irma dengan hitsnya Kumbang-Kumbang, Ratna Anjani dengan
hitsnya Padang Bulan yang sebelumnya pernah juga mencetak hits dan dibawakan
oleh Ikke Nurjannah. Dangdut Campur, dinamakan demikian karena dalam satu lagu
terkandung berbagai jenis unsur musik. Sebutlah lagu Rekayasa Cinta yang
dinyanyikan oleh Camelia Malik, ataupun Biarlah Merana yang dinyanyikan oleh
Rita Sugiarto, yang mengandung unsur Latin.
Dalam perkembangan selanjutnya, muncullah House
Dangdut, yang dimotori oleh Neneng Anjarwati dan Amri Palu. Mereka mendaur
ulang lagu-lagu dangdut yang pernah hits kemudian mencampurnya dengan unsur
musik house.
Sekitar tahun 2002, Indonesia dihebohkan dengan
munculnya Inul Daratista, penyanyi asal Pasuruan, yang kontroversi dengan
goyang ngebor nya. Dalam lagu yang dibawakan, musik dangdutnya diaransemen
sedemikian rupa dengan variasi gendang yang tidak hanya berbunyi dang dan dut
serta cenderung dengan beat cepat. Muncullah nama Dangdut Koplo karena membuat
setiap yang mendengar beatnya ingin bergoyang gila-gilaan.
Sebenarnya jenis musik ini sudah mewabah di daerah
Jawa Timur sebelumnya, dimana disana sering diadakan pertunjukan musik dangdut
dengan aransemen dangdut koplo yang nyatanya menarik minat masayarakat untuk
ikut bergoyang mengikuti beat lagunya hingga saat ini.
D. FUNGSI MUSIK DANGDUT
Dilihat dari fenomena sekarang, dangdut banyak
digemari pendukung yang begitu melimpah :
1.
Sebagai sarana hiburan untuk melepas lelah dan
mengendurkan ketegangan dengan berjoget, didukung pula oleh lirik yang mengajak
pendengarnya untuk bergembira.
2.
Sebagai sistem proyeksi atas angan-angan terpendam.
Cobalah kita simak kisah-kisah dalam lagu dangdut yang bercerita tentang
penderitaan, duka lara akibat kemiskinan atau putus cinta.
3.
Sebagai sarana pendidikan atau penyampai pesan. Di
samping lagu-lagu yang menyampaikan duka lara, banyak pula lagu-lagu dangdut
yang mengandung misi pendidikan, baik pendidikan yang bersifat rohani-dakwah
maupun nasehat untuk berbuat kebaikan. Untuk fungsi ini tidaklah salah kalau
kita sebut Rhoma Irama sebagai pelopornya. Sebagai sarana penyampai pesan atau
pengumpul massa untuk kepentingan politik, dangdut sangat berperan di dalamnya.
Lihatlah kampanye-kampanye menjelang Pemilu yang lalu yang menyelenggarakan
panggung-panggung dangdut terbuka di tingkat propinsi hingga kelurahan.
2 Response to "Pengertian dan Sejarah Musik Dangdut"
Masukkan sumber2 nyaa donkkk...
merit casino - Xn--o80b910a26eepc81il5g.online
merit 제왕 카지노 casino - choegocasino Xn--o80b910a26eepc81il5g.online. 메리트카지노